PERKEMBANGAN
PENCAK SILAT
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd
Pencak
Silat Merupakan
salah satu budaya asli bangsa Indonesia,
dimana sangat diyakini oleh para pendekarnya dan pakar pencak silat bahwa
masyarakat Melayu saat itu menciptakan dan mempergunakan ilmu bela diri ini sejak
di masa prasejarah. Karena pada masa itu manusia harus menghadapi alam yang
keras dengan tujuan mempertahankan kelansungan hidupnya (survive) dengan
melawan binatang ganas dan berburu yang pada akhirnya manusia mengembangkan
gerak-gerak bela diri.
A. Perkembangan Di Tanah Melayu
Di
kawasan Melayu dapat ditemukan beladiri pencak silat dengan mempergunakan
istilah bermacam-macam seperti ‘bersilat’, ‘gayong’, ‘cekak’
disemenanjung Malaysia dan Singapore, dan di Thailand di Propinsi Pattani,
Satun dan Narathiwat digunakan istilah ‘bersilat’ juga. Sedangkan di Filipina
Selatan digunakan istilah ‘pasilat’. Hal ini membuktikan bahwa Beladiri
ini bersumber dari Indonesia, karena bila diurutkan perkembangan mereka
mengakui pernah berguru dengan ‘orang’ Indonesia. Istilah ‘Melayu’ menurut Tuan
Ismail adalah suatu kaum yang khusus bertutur dalam bahasa Melayu dan mempunyai
sifat asas keturunan Melayu yang sama. Lebih lanjut dikatakan dari segi
linguistik, kawasan orang Melayu adalah kawasan lautan teduh yaitu Easter Island
di sebelah timur ke pulau Madagaskar di sebelah barat. Etnis Melayu biasanya
disebut penduduk yang tersebar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia,
Singapore, Brunei Darussalam, Filipina dan beberapa kepulauan kecil yang
berdekatan dengan negara-negara tersebut, walaupun sebetulnya penduduk Melayu
adalah hanya suatu etnis di antara ratusan etnis yang mendiami kawasan itu.
Di
Indonesia sendiri istilah pencak silat
baru mulai di pakai setelah berdirinya organisasi pencak silat (IPSI),
sebelumnya di daerah sumatera lebih di kenal dengan istilah Silat, sedangkan di
tanah jawa kebanyakkan dikenal dengan istilah Pencak saja.
Saat
Periode kepemimpinan Bpk. Eddie M.
Nalapraya Indonesia sebagai pendiri memiliki hasrat untuk mengembangkan
Pencak Silat ke mancanegara, dengan mengambil prakarsa pembentukkan dan
mendirikan Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) pada 11 Maret 1980
bersama Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam. Dimana keempat negara
tersebut akhirnya dinyatakan sebagai negara-negara pendiri organisasi
Internasional Pencak Silat tersebut.
Upaya
pengembangan Pencak Silat yang dipelopori oleh Indonesia dan anggota PERSILAT lainnya
sampai saat ini berhasil menambah anggota PERSILAT, penambahan ini memberikan
dampak pada usaha IPSI dan anggota PERSILAT lainnya untuk memasuki Pencak Silat
ke multi event di tingkat Asia, yaitu Asian Games, dengan membentuk
organisasi Pencak Silat Asia Pasific bulan Oktober 1999.
Dengan
adanya beberapa multi event di
tingkat Asia seperti Asian Indoor games, Asian beach Games, maka Pencak silat
mulai di menjadi salah satu cabang olahraga yang berkembang menjadi cabang
olahraga beladiri modern.
B.
Perkembangan Pencak Silat Di Tanah Air
Organisasi
Pencak Silat di Indonesia yang disebut dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia
atau disingkat IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang
diprakarsai oleh Mr. Wongsonegoro, yang saat itu menjabat sebagai ketua Pusat
Kebudayaan Kedu.
Usaha
para pendekar dan semua pihak dengan rasa cinta dan kesadaran akan tuntutan
zaman, terutama generasi mudanya untuk menjadikan pencak silat benar-benar
dihayati dan berkembang dimasyarakat, maka mulai PON I sampai dengan PON VII
Pencak Silat dipertandingkan secara eksebisi dan pada PON VIII tahun 1975 di
Jakarta, pada kepemimpinan bpk Cokropranolo Pencak Silat resmi dipertandingkan.
Sejak saat itu
pertandingan Pencak Silat Khususnya katagori Tanding mulai sering
dipertandingkan dan menjadi primadona IPSI, seperti dalam Pekan Olahraga Bank
(PORBANK), Pekan Olahraga Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PORABRI),
Pekan olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), Pekan Olahraga Pelajar (POPNAS),
Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga negara-negara Asia Tenggaran (SEA
Games) bahkan Kejuaraan Dunia (Single event).
Di tingkat Asian Games, Pencak Silat tahun 2002
masuk dalam agenda Sport Cultural Event di Busan Korea Selatan, sasaran
selanjutnya PB IPSI berupaya memasukkan Pencak Silat resmi menjadi cabang yang
dipertandingkan di Asian Games Qatar 2006, dimana dengan pengiriman pelatih dan
atlet dari negara-negara Yamen, untuk berlatih di Jakarta agar menyiapkan diri,
serta mencari dukungan-dukungan dari negara-negara Asia timur dan seperti
Korea, Jepang.
Sebagai catatan suatu cabang bisa dipertandingkan di
Asian Games memiliki persyaratan bahwa cabang tersebut di ikuti minimal oleh 16
negara yang berada dalam minimal 3 regional Asia. Hal yang paling mendasar adalah bahwa
keberadaan cabang pencak silat di suatu Negara asia banyak yang belum terdaftar
sebagai anggota NOC di Negara tersebut, tentunya setiap Negara memiliki aturan
tersendiri, seperti di Indonesia suatu cabang yang ingin terdaftar di KONI
harus memiliki pengurus di tingkat daerah minimal sebanyak 10 propinsi yang
diakui oleh KONI Provinsinya. Inilah yang menjadi tantangan Persilat dan
anggotanya harus memperjuangkan Pencak silat masuk di NOC masing-masing Negara.
Multi event setingkat dengan Asian games yaitu ABG (Asian Beach Games
pertama di Bali tahun 2008, Pencak silat dipertandingkan dengan beberapa kategori
tanding dan kategori jurus tunggal, Sedangkan di tahun 2009 Pencak silat masuk
dalam kalender pertandingan Asian Indoor Games di Vietnam.
Perkembangan Pencak silat menjadi salah satu
olahraga yang mulai dipertandingan di berbagai multi event regional dan internasional
memberi konsekuensi bahwa olahraga tersebut sudah diterima menjadi olahraga
dunia, sehingga semua negara yang mengembangkan pencak silat akan berusaha
seoptimalkan mungkin untuk mendapatkan/meraih medali, dengan berbagai cara
yaitu memanggil pelatih pencak silat dan memanfaatkan IPTEK Olahraga sebagai
pendukung.
C.
Terbentuknya Istilah 10 Perguruan
Historis
Pada tahun 1950, Pemerintah RI berpindah tempat dari
Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan ini berdapak pada berpindahnya seluruh
administrasi pemerintahan dan pegawainya. Demikian pula dengan Pengurus IPSI
mengalami proses perpindahan tersebut.
Pada Tahun 1950 tsb, NKRI dirongrong oleh separatis
Daril Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang bermaksud mendirikan
Negara Islam Indonesia. Untuk melawan DI/TII tsb, Panglima Teritorium III waktu
itu Kolonel R.A. Kosasih membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang
bertujuan menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat untuk menghadapi DI/TII yang
berkembang di wilayah Lampung, Jawa barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah
bagian Barta termasuk DI Yogyakarta.
Akan tetapi dampaknya adalah terjadi dualisme
pembinaan, Kebetulan IPSI lebih banyak melaksanakan pembinaan pada aspek
olahraga, sedangkan PPSI lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukkan
(ibing Pencak Silat). Kesatuan Pencak Silat bertambah terancam dengan
berdirinya organisasi diluar IPSI misalnya Bapensi, Perpi, Silat Betawi dll.
IPSI dan PPSI berupaya agar bisa masuk PON, akan
tetapi pemerintah lebih mengenal IPSI sebagai Induk Organisasi Olahraga karena
pemerintah turut mendirikan IPSI di tahun 1948. KOI dan PORI (1950), KAGOR
(1960), DORI (Dewan Olahraga Indonesia) mengetahui benar pembentukkan IPSI pada
tahun 1948, sehingga Presiden Soekarno (Ex Officio DORI) menggangap IPSI sebagai
satu-satunya Induk Organisasi Cabang Olahraga Pencak Silat.
Apalagi pada tahun 1969 tanggal 31 Desember IPSI
ikut mendirikan KONI, maka status keanggotaan IPSI di KONI sebagai pendiri
menjadi lebih kokoh lagi.
Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium
Pencak Silat yang bertujuan disusunnya peraturan pertandingan Pencak Silat yang
baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga, yang dapat
dipertandingkan ditingkat nasional. Para anggotanya laborat terdiri dari Arnowo
Adji (Perisai Diri), Januarno dan Imam Suyitno (SHT), Hadi Mulyo dibantu dr.
Rahmadi dan dr, Djoko Waspodo. (Sejak PON ke IV s/d VII Pencak Silat
dipertandingkan dalam bentuk eksbisi dalam permainan tunggal dan permainan
Ganda)
Menjelang Kongres IPSI ke IV tahun 1973 Mr.
Wongsonegoro diganti oleh Brigjen Tjoropronolo (Gubernur DKI Jakarta) sebagai
Ketua PB IPSI. Beliau di bantu oleh Perguruan Pencak Silat dalam melakukan
pendekatan kepada PPSI, yang akhirnya bergabung ke dalam IPSI,
perguruan-perguruan tersebut antara lain;
1.
Tapak Suci :
Tanamas, Haryadi M.
2.
KPS Nusantara : Hadi Mulyo,
Sumarnohadi, Rahmadi, Djoko W
3.
Perisai Diri :
Arnowo Adji
4.
Phashadja Mataram : Sutardjonegoro
5.
Perpi Harimurti : Sukowinadi
6.
Perisai Putih : Maramis,
Runtu, Sutedjo dan Himantoro
7.
Putra Betawi : H. Saali
8.
Setia Hati : Harsoyo
dan H.M. Zain
9.
Setia Hati Teratai :
Januarno, Imam Suyitno Pamudji
10. PPSI : H. Suhari Sapari.
Kesepuluh perguruan tesebut oleh bp Tjokropronolo
dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran Pencak Silat ke
dalam organisasi IPSI. Pada waktu kepemimpinan bapak Eddie M. Nalapraya, ke
sepuluh perguruan tersebut diberi istilah 10 perguruan historis, hingga saat
ini ke sepuluh perguruan tersebut di dalam Musyawarah Nasional IPSI menjadi
peserta dan memiliki hak suara di dalamnya.
Pada Munas Tahun
2003, tongkat estafet kepemimpinan Bpk. Edie M.
Nalapraya di ganti oleh Bpk. Prabowo S. periode 2003-2007, yang tetap
memperjuangkan Pencak Silat ke jenjang
lebih tinggi, sedangkan Bpk. Edie M. Nalapraya masih tetap sebagai presiden
PERSILAT yang tetap gencar memperjuangkan Pencak Silat agar masuk ke Asian
Games Qatar. Pada tahun 2009 pada saat kongres PERSILAT di Jakarta, tongkat
estafet Presiden PERSILAT selanjutnya di serahkan ke bpk Prabowo yang juga
Ketua UMUM PB IPSI.
Kepemimpinan IPSI periode 2003-2007 dikenal
dengan dwitunggalnya, karena antara ketua umum bpk. Prabowo S dan ketua harian
PB IPSI yang di percayakan kepada Bpk. Rahmat Gobel, memiliki harapan besar
masuknya Pencak Silat ke multi event lainnya. Tahun 2007 s/d 2010 bp. Prabowo
melanjutkan kepemimpinannya di PB IPSI. Dengan ketua harian bpk Muchdi P yang
memiliki visi mengembalikan prestasi pencak silat
ke tanah air. Beberapa keputusan Munas yang penting adalah diterimanya
perguruan silat Betako Merpati Putih
(MP), Satria Muda Indonesia (SMI), Persinas ASAD, PSTD Indonesia dan Tetada
kalima Sada menjadi anggota PB IPSI. Sehingga anggota PB IPSI terdiri dari
Pengurus Daerah IPSI sebanyak 33 Propinsi dan 10 Perguruan historis dan 5
Perguruan silat. Pada Munas PB IPSI
tahun 2012 menetapkan kembali bpk Prabowo menjadi ketua umum dengan
pertimbangan hasil prestasi Indonesia pada multi event sangat baik dengan
merebut kembali Indonesia sebagai Juara umum pada Kejuaraan Dunia dan SEA Games
2012 di Jakarta, dan perguruan silat Pagar
Nusa sudah terdaftar dan disyahkan sebagai anggota ditingkat pusat.
D. Perkembangan Nomor-nomor yang
dipertandingkan
Olahraga Pencak Silat mulai dipertandingkan
secara resmi pada PON ke VII di Jakarta
dengan menampilkan nomor tanding, istilah katagori tanding dulu dikenal dengan
istilah pencak silat olahraga, kemudian berkembang menjadi wiralaga, sekarang familiar
istilah katagori tanding. Nomor pertandingan mengalami perubahan yang dulu kelas berdasarkan berat badan mulai
dari kelas A s/d G dan bebas putra, kelas A : 40-45 kg. Sedangkan untuk putri
mulai kelas A s/d E. Menjadi bertambah sampai dengan kelas A s/d I putra dan
bebas Putra mulai +65Kg. Tahun 1999. Kelas bebas pada pertandingan resmi tidak
ada, kelas A s/d J putra tetapi kelas A mulai 45-50 Kg dan seterusnya. Untuk
Putri di tambah kelas A s/d F putri, perubahan ini berkaitan dengan desakan
dari negara eropa yang sulit mencari atlet dengan berat badan dibawah 50kg.
Sedangkan untuk kategori Seni, istilah seni dulu
dikenal dengan istilah pencak silat seni kemudian menjadi wiragana (seni silat
tunggal) putra dan putri, wirasanggha (seni silat berpasangan) putra dan putri
serta wiraloka (seni silat beregu), akan tetapi sekarang lebih dikenal dengan
istilah Jurus/TGR yang kependekkan dari jurus tunggal, Jurus Ganda dan Jurus Regu.
Nomor Jurus mulai dipertandingkan secara resmi pada PON XIV di Jakarta,
dengan nomor jurus tunggal bebas putra dan putri, ganda putra dan putri dan Jurus
Regu wajib.
Beberapa tulisan menjelaskan bahwa Pencak silat belum resmi diterima dari PON ke I pada tahun
1948 sampai PON ke VII pada tahun 1969, (masih eksebisi) karena belum adanya
peraturan yang dapat menjamin keselamatan pesilat, sekaligus mengatur dengan
jelas sistem permainan beserta penilaiannya, Awal tahun 1970-an pencak silat mulai
mendapat perhatian yang besar dari masyarakat, walaupun pelaksanaannya masih
jauh dari sempurna. Khususnya pertandingan seleksi PON ke VIII di daerah
berlangsung dengan kekurangan sarana dan prasarana. PB IPSI sebagai motor
organisasi PERSILAT terus memberikan masukan dalam perkembangan peraturan
sehingga peraturan pertandingan semakin menarik dan berkembang dengan
memperhatikan dan mengurangi penilai yang subyektif, serta memperhatikan
keselamatan atlet, dengan memperjuangkan penggunakan pelindung pada tungkai dan
lengan dalam pertandingan kategori tanding.
Pada tahun 2007 hasil munas ke XI, dalam peraturan
pertandingan sudah masuknya pertandingan usia praremaja yaitu kategori usia 9th
s/d 13 tahun. Munculnya usia praremaja karena pertandingan pencak silat sudah
mulai dipertandingan di tingkat SD mulai dari propinsi sampai tingkat nasional
yang dilakukan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral TK dan
SD sebagai olahraga pendidikan dan merupakan program pemasalan. Disusul dengan
pertandingan tingkat SMP dan SMA, Kejuaraan tersebut di tahun 2008 di beri nama
Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional (O2SN).
E. Perkembangan Pencak silat di
Australia
Pencak
Silat sudah cukup lama hadir di Australia. Salah satu pendekar silat dari
Indonesia menceritakan perkembangan pencak silat di benua Australia, Oki musakti
menceritakan pada acara diaspora tahun 2013 di Jakarta, bahwa tidak ada sejarah
resmi yang menyatakan kapan silat mulai muncul di benua ini. Tetapi mengingat
para ahli sejarah telah mengatakan bahwa pelaut Makassar, Bugis dan suku-suku
lain Indonesia telah secara rutin berlayar ke benua kangguru dan bahkan telah
tinggal serta berasimilasi sejak abad 17 (bahkan mungkin sebelum itu) maka
sangatlah mungkin apabila para pelaut dan pemukim tersebut membawa juga budaya
termasuk beladiri silat kepada kalangan penduduk asli Australia.
Dimasa
modern ini, beberapa perguruan telah hadir di Australia antara lain Perisai
Diri, Sera, Merpati Putih, Asideci, Helang Putih, Langkah Baru dan banyak lagi,
termasuk perguruan yang melakukan latihan secara personal tanpa memakai papan
nama. Perguruan-perguruan silat ini ada yang dipimpin oleh orang Indonesia yang
kebetulan tinggal di Australia atau orang-orang local yang belajar dari guru-guru
di Indonesia, Malaysia dan tempat-tempat lain (semisal Belanda atau Amerika
Serikat). Ada juga perguruan yang menggabungkan pelajaran silat dengan kuntao,
jet kune do atau mixed martial arts (MMA).
Diantara
perguruan yang ada di Australia, salah satu yang terbesar dan tertua adalah
Perisai Diri. Perisai Diri di Australia bermula dari pertengahan dekade 1970 an
ketika seorang pelatih Silat Perisai Diri dari Bandung, Dadang Muharram
memutuskan untuk pindah ke kota Brisbane di negara bagian Queensland. Mulanya
Don, panggilan akrab Dadang bekerja di pabrik perakitan mobil sambil
mengajarkan silat PD pada beberapa muridnya tetapi beberapa tahun kemudian dia
memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan melatih silat secara penuh
waktu.
Dalam
waktu tidak terlalu lama, Perisai Diri dibawah asuhan Don berkembang pesat,
bukan hanya di Brisbane namun juga ke kota-kota besar lain di Australia. Pada
setiap saat ada ratusan menjadi anggota aktif Perisai Diri, hingga apabila
dijumlah mulai dari saat pembentukannya, telah ada ribuan orang yang sedang
atau pernah menjadi murid Silat Perisai Diri di Australia.
Saat
ini Perisai Diri berada dibawah bimbingan murid-murid Don baik dari generasi
pertama, kedua bahkan ketiga. Pusat kegiatan dan mayoritas murid-muridnya tetap
berada di Brisbane dan kota-kota sekitarnya seperti God Coast dan Sunshine
Coast. Korps pelatih Perisai Diri saat ini dipimpin oleh seorang Australia yang
telah mencapai tingkat Pendekar Muda yaitu Russel Dennis beserta
pelatih-pelatih senior seperti Wesley Clark, Blake Brierty, Peter Blake,
Michael Dare dan James Ellaray yang memimpin tempat latihan masing-masing dan
semuanya telah mendalami Silat ini selama minimal 20 tahun. Selain itu ada
terdapat juga pesilat-pesilat dari Indonesia yang ikut membantu melatih dan
mengembangkan Perisai Diri disini.
Murid-murid
Perisai Diri datang dari berbagai kalangan, dari mulai pekerja, wiraswasta,
mahasiswa sampai anak-anak dan pelajar. Selain pada aspekolahraga dan beladiri,
banyak diantara mereka yang justru tertarik pada aspek budaya dan kerukunan
yang diterapkan di tempat latihan.
F.
Perkembangan
pencak silat di Afrika Selatan
Pencak
silat yang sekarang ada di Afrika Selatan, tentu tidak serta merta ada begitu
saja. Di dalamnya sudah ada proses evolusi, kontribusi dari para pesilat,
pendekar, para organisatoris, Pemerintah – masyarakat pencinta Pencak silat
sehingga akhirnya Pencak Silat bisa ada di Afrika Selatan. Perguruan pencak
silat Al Azhar bukanlah perguruan pencak silat pertama yang memiliki murid atau
berkembang di Afrika selatan, sebelum itu sudah ada lebih dahulu beberapa
perguruan lain, seperti aliran Betawi yang di pimpin Haji Muhammad Riko seorang
pengusaha Ekspedisi, dimana ia berdarah campuran Afrika Selatan dan Indonesia,
dengan gaya dan kemampuannya ia mencoba mengenalkan Pencak Silat aliran Betawi
di daerah Laudium, Pretoria Afrika Selatan. Penggemar-penggemar bela diri, yang
tadinya tidak mengenal akhirnya mengenal kurang lebih bagaimana bentuk pencak
silat.
Perguruan
Seni Silat Melaka yang berafiliasi kepada Pukulan Melaka Malaysia juga lebih
dahulu melakukan penetrasi Pencak silat di Afrika Selatan dan boleh dikatakan
cukup lama sejak tahun 1986, hanya saja, karena ketidak hadiran pelatih yang
permanen tinggal di sana, perkembangannya mengalami gerak pasang naik dan
surut. Ketika pencak silat Indonesia, (mungkin) pertama kali di promosikan di
Capetown, pada tahun 2009, orang yang pertama berdiri di depan kuburan Makam
Syaikh Yusuf, lengkap dengan memakai sarung, kopiah, dialah Moegamat Gielmie Hartley.
Suasana begitu mengharukan, mengingat terasa sekali kami harus datang ke
kampung-kampung, ribuan kilometer menggunakan kendaraan dan ada seseorang yang
mau berdiri datang, tanpa di undang, datang berdiri menyambut.
Ketika
melakukan promosi pencak silat lagi di Capetown tahun 2010, suasana haru
muncul, ketika Faheem Jackson menerima, Menjemput dan mengantarkan kami dengan
kendarannya kemana-mana. Kami makan, tidur dan pergi berminggu-minggu dengan
beliau. Faheem mengungkapkan keberadaaan pencak silat di Capetown seperti “Connecting
the DOT”. Kalimat ini merupakan ekspresi perjuangan ras melayu atau
keturunan orang-orang Indonesia yang berada di Afrika Selatan, bagaimana mereka
harus bergulat menentukan jati diri mereka di antara persaingan ras baik kulit
putih, hitam, orang India, pakistan, mereka selalu mencoba mencari akar dan
mencari tahu siapa mereka sebenarnya dan mereka lebih berupaya menggali ke
dalam, seperti apa jati diri mereka sebenarnya. Pencak Silat menyambungkan
kali, titik –titik yang seperti hilang itu.
Berdasarkan
penulusuran di lapangan, Pencak Silat dari INDONESIA di perkirakan masuk dan
merupakan BELA DIRI YANG PERTAMA masuk ke AFRIKA SELATAN, selain bela diri
lokal permainan tongkat ZULU Stick Fighting. Pencak Silat masuk seiring dengan
datangnya tahanan-tahanan politik para pejuang Indonesia dengan para
pengikutnya dan para abdi dalamnya. Secara Nalar, nama-nama besar seperti
Syaikh Yusuf, Tuan Guru dan atau Syaikh Madura, dan banyak nama-nama lain,
tentu bukan orang yang awam dengan Bela Diri, bahkan dapat dikatakan memiliki
aroma mistik pula dalam hal-hal tertentu sehingga dikatakan memiliki Kramat.
Salah
satu bukti yang bisa dilihat nalar ini adalah adanya Budaya Ratib, peragaan
seperti debus yang masih ada hingga detik ini di Bosmont, Johannesburg. Dari
seluruh keluarga keturunan di Wilayah Western Cape, hanya tinggal satu keluarga
tersisa yang bisa memainkan Ratib. Untuk dari Eastern Cape sendiri, kami kurang
menggalinya kembali. Ratib merupakan salah satu bukti adanya titik hubungan
dari keberadaan antara orang-orang yang berada di Afrika Selatan dengan
aorang-orang yang berada di indonesia, apabila di tinjau dari kesenian bela
diri.
Apabila
kita tinggal di Afrika Selatan, kita bisa merasakan betul perjuangan mencari
jati diri itu, bagaimana orang-orang keturunan Indonesia itu berusaha benar
mencari jati diri mereka dan berupaya menyusun kembali jati diri mereka dengan
identitas nenek moyangnya. Mereka bisa saja berwarganegara berbeda, namun di
dalamnya, jiwa dan genetik mereka, mereka adalah INDONESIA
dimana saya bisa mendapat bukunya mas ?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusdimana untuk mendapatkan bukunya mas. mohon infonyaa??
BalasHapus