Sabtu, 28 Desember 2013

BUKU Pencak Silat









PERKEMBANGAN PENCAK SILAT
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd
                 
Pencak Silat Merupakan salah satu budaya asli bangsa Indonesia, dimana sangat diyakini oleh para pendekarnya dan pakar pencak silat bahwa masyarakat Melayu saat itu menciptakan dan mempergunakan ilmu bela diri ini sejak di masa prasejarah. Karena pada masa itu manusia harus menghadapi alam yang keras dengan tujuan mempertahankan kelansungan hidupnya (survive) dengan melawan binatang ganas dan berburu yang pada akhirnya manusia mengembangkan gerak-gerak bela diri.

A.   Perkembangan Di Tanah Melayu
             Di kawasan Melayu dapat ditemukan beladiri pencak silat dengan mempergunakan istilah bermacam-macam seperti ‘bersilat’, ‘gayong’, ‘cekak’ disemenanjung Malaysia dan Singapore, dan di Thailand di Propinsi Pattani, Satun dan Narathiwat digunakan istilah ‘bersilat’ juga. Sedangkan di Filipina Selatan digunakan istilah ‘pasilat’. Hal ini membuktikan bahwa Beladiri ini bersumber dari Indonesia, karena bila diurutkan perkembangan mereka mengakui pernah berguru dengan ‘orang’ Indonesia. Istilah ‘Melayu’ menurut Tuan Ismail adalah suatu kaum yang khusus bertutur dalam bahasa Melayu dan mempunyai sifat asas keturunan Melayu yang sama. Lebih lanjut dikatakan dari segi linguistik, kawasan orang Melayu adalah kawasan lautan teduh yaitu Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di sebelah barat. Etnis Melayu biasanya disebut penduduk yang tersebar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam, Filipina dan beberapa kepulauan kecil yang berdekatan dengan negara-negara tersebut, walaupun sebetulnya penduduk Melayu adalah hanya suatu etnis di antara ratusan etnis yang mendiami kawasan itu.
Di Indonesia sendiri istilah pencak silat baru mulai di pakai setelah berdirinya organisasi pencak silat (IPSI), sebelumnya di daerah sumatera lebih di kenal dengan istilah Silat, sedangkan di tanah jawa kebanyakkan dikenal dengan istilah Pencak saja.
          Saat Periode kepemimpinan Bpk. Eddie M. Nalapraya Indonesia sebagai pendiri memiliki hasrat untuk mengembangkan Pencak Silat ke mancanegara, dengan mengambil prakarsa pembentukkan dan mendirikan Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) pada 11 Maret 1980 bersama Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam. Dimana keempat negara tersebut akhirnya dinyatakan sebagai negara-negara pendiri organisasi Internasional Pencak Silat tersebut.
          Upaya pengembangan Pencak Silat yang dipelopori oleh Indonesia dan anggota PERSILAT lainnya sampai saat ini berhasil menambah anggota PERSILAT, penambahan ini memberikan dampak pada usaha IPSI dan anggota PERSILAT lainnya untuk memasuki Pencak Silat ke multi event di tingkat Asia, yaitu Asian Games, dengan membentuk organisasi Pencak Silat Asia Pasific bulan Oktober 1999.
Dengan adanya beberapa multi event di tingkat Asia seperti Asian Indoor games, Asian beach Games, maka Pencak silat mulai di menjadi salah satu cabang olahraga yang berkembang menjadi cabang olahraga beladiri modern.

B.   Perkembangan Pencak Silat Di Tanah Air
          Organisasi Pencak Silat di Indonesia yang disebut dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang diprakarsai oleh Mr. Wongsonegoro, yang saat itu menjabat sebagai ketua Pusat Kebudayaan Kedu.
Rounded Rectangle: Gbr 1. Mr. Wongsonegoro         Usaha para pendekar dan semua pihak dengan rasa cinta dan kesadaran akan tuntutan zaman, terutama generasi mudanya untuk menjadikan pencak silat benar-benar dihayati dan berkembang dimasyarakat, maka mulai PON I sampai dengan PON VII Pencak Silat dipertandingkan secara eksebisi dan pada PON VIII tahun 1975 di Jakarta, pada kepemimpinan bpk Cokropranolo Pencak Silat resmi dipertandingkan.
Rounded Rectangle: Gbr 2. Cokropranolo         Sejak saat itu pertandingan Pencak Silat Khususnya katagori Tanding mulai sering dipertandingkan dan menjadi primadona IPSI, seperti dalam Pekan Olahraga Bank (PORBANK), Pekan Olahraga Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PORABRI), Pekan olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), Pekan Olahraga Pelajar (POPNAS), Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga negara-negara Asia Tenggaran (SEA Games) bahkan Kejuaraan Dunia (Single event).
         Di tingkat Asian Games, Pencak Silat tahun 2002 masuk dalam agenda Sport Cultural Event di Busan Korea Selatan, sasaran selanjutnya PB IPSI berupaya memasukkan Pencak Silat resmi menjadi cabang yang dipertandingkan di Asian Games Qatar 2006, dimana dengan pengiriman pelatih dan atlet dari negara-negara Yamen, untuk berlatih di Jakarta agar menyiapkan diri, serta mencari dukungan-dukungan dari negara-negara Asia timur dan seperti Korea, Jepang.
         Sebagai catatan suatu cabang bisa dipertandingkan di Asian Games memiliki persyaratan bahwa cabang tersebut di ikuti minimal oleh 16 negara yang berada dalam minimal 3 regional Asia. Hal yang paling mendasar adalah bahwa keberadaan cabang pencak silat di suatu Negara asia banyak yang belum terdaftar sebagai anggota NOC di Negara tersebut, tentunya setiap Negara memiliki aturan tersendiri, seperti di Indonesia suatu cabang yang ingin terdaftar di KONI harus memiliki pengurus di tingkat daerah minimal sebanyak 10 propinsi yang diakui oleh KONI Provinsinya. Inilah yang menjadi tantangan Persilat dan anggotanya harus memperjuangkan Pencak silat masuk di NOC masing-masing Negara. Multi event setingkat dengan Asian games yaitu ABG (Asian Beach Games pertama di Bali tahun 2008, Pencak silat dipertandingkan dengan beberapa kategori tanding dan kategori jurus tunggal, Sedangkan di tahun 2009 Pencak silat masuk dalam kalender pertandingan Asian Indoor Games di Vietnam.
        Perkembangan Pencak silat menjadi salah satu olahraga yang mulai dipertandingan di berbagai multi event regional dan internasional memberi konsekuensi bahwa olahraga tersebut sudah diterima menjadi olahraga dunia, sehingga semua negara yang mengembangkan pencak silat akan berusaha seoptimalkan mungkin untuk mendapatkan/meraih medali, dengan berbagai cara yaitu memanggil pelatih pencak silat dan memanfaatkan IPTEK Olahraga sebagai pendukung.
C.   Terbentuknya Istilah 10 Perguruan Historis
      Pada tahun 1950, Pemerintah RI berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan ini berdapak pada berpindahnya seluruh administrasi pemerintahan dan pegawainya. Demikian pula dengan Pengurus IPSI mengalami proses perpindahan tersebut.
      Pada Tahun 1950 tsb, NKRI dirongrong oleh separatis Daril Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Untuk melawan DI/TII tsb, Panglima Teritorium III waktu itu Kolonel R.A. Kosasih membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barta termasuk DI Yogyakarta.
      Akan tetapi dampaknya adalah terjadi dualisme pembinaan, Kebetulan IPSI lebih banyak melaksanakan pembinaan pada aspek olahraga, sedangkan PPSI lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukkan (ibing Pencak Silat). Kesatuan Pencak Silat bertambah terancam dengan berdirinya organisasi diluar IPSI misalnya Bapensi, Perpi, Silat Betawi dll.
       IPSI dan PPSI berupaya agar bisa masuk PON, akan tetapi pemerintah lebih mengenal IPSI sebagai Induk Organisasi Olahraga karena pemerintah turut mendirikan IPSI di tahun 1948. KOI dan PORI (1950), KAGOR (1960), DORI (Dewan Olahraga Indonesia) mengetahui benar pembentukkan IPSI pada tahun 1948, sehingga Presiden Soekarno (Ex Officio DORI) menggangap IPSI sebagai satu-satunya Induk Organisasi Cabang Olahraga Pencak Silat.
        Apalagi pada tahun 1969 tanggal 31 Desember IPSI ikut mendirikan KONI, maka status keanggotaan IPSI di KONI sebagai pendiri menjadi lebih kokoh lagi.
Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan disusunnya peraturan pertandingan Pencak Silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga, yang dapat dipertandingkan ditingkat nasional. Para anggotanya laborat terdiri dari Arnowo Adji (Perisai Diri), Januarno dan Imam Suyitno (SHT), Hadi Mulyo dibantu dr. Rahmadi dan dr, Djoko Waspodo. (Sejak PON ke IV s/d VII Pencak Silat dipertandingkan dalam bentuk eksbisi dalam permainan tunggal dan permainan Ganda)
Menjelang Kongres IPSI ke IV tahun 1973 Mr. Wongsonegoro diganti oleh Brigjen Tjoropronolo (Gubernur DKI Jakarta) sebagai Ketua PB IPSI. Beliau di bantu oleh Perguruan Pencak Silat dalam melakukan pendekatan kepada PPSI, yang akhirnya bergabung ke dalam IPSI, perguruan-perguruan tersebut antara lain;
1.    Tapak Suci                        : Tanamas,  Haryadi M.
2.    KPS Nusantara                 : Hadi Mulyo, Sumarnohadi, Rahmadi, Djoko W
3.    Perisai Diri                         : Arnowo Adji
4.    Phashadja Mataram         : Sutardjonegoro
5.    Perpi Harimurti                  : Sukowinadi
6.    Perisai Putih                      : Maramis, Runtu, Sutedjo dan Himantoro
7.    Putra Betawi                     : H. Saali
8.    Setia Hati                          : Harsoyo dan H.M. Zain
9.    Setia Hati Teratai              : Januarno, Imam Suyitno Pamudji
10.  PPSI                                  : H. Suhari Sapari.
Kesepuluh perguruan tesebut oleh bp Tjokropronolo dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran Pencak Silat ke dalam organisasi IPSI. Pada waktu kepemimpinan bapak Eddie M. Nalapraya, ke sepuluh perguruan tersebut diberi istilah 10 perguruan historis, hingga saat ini ke sepuluh perguruan tersebut di dalam Musyawarah Nasional IPSI menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalamnya.
Rounded Rectangle: Gbr 3. Edie M. NalaprayaPada Munas Tahun 2003, tongkat estafet kepemimpinan Bpk. Edie M. Nalapraya di ganti oleh Bpk. Prabowo S. periode 2003-2007, yang tetap memperjuangkan Pencak Silat  ke jenjang lebih tinggi, sedangkan Bpk. Edie M. Nalapraya masih tetap sebagai presiden PERSILAT yang tetap gencar memperjuangkan Pencak Silat agar masuk ke Asian Games Qatar. Pada tahun 2009 pada saat kongres PERSILAT di Jakarta, tongkat estafet Presiden PERSILAT selanjutnya di serahkan ke bpk Prabowo yang juga Ketua UMUM PB IPSI.
Kepemimpinan IPSI periode 2003-2007 dikenal dengan dwitunggalnya, karena antara ketua umum bpk. Prabowo S dan ketua harian PB IPSI yang di percayakan kepada Bpk. Rahmat Gobel, memiliki harapan besar masuknya Pencak Silat ke multi event lainnya. Tahun 2007 s/d 2010 bp. Prabowo melanjutkan kepemimpinannya di PB IPSI. Dengan ketua harian bpk Muchdi P yang memiliki visi mengembalikan prestasi pencak silat ke tanah air. Beberapa keputusan Munas yang penting adalah diterimanya perguruan silat Betako Merpati Putih (MP), Satria Muda Indonesia (SMI), Persinas ASAD, PSTD Indonesia dan Tetada kalima Sada menjadi anggota PB IPSI. Sehingga anggota PB IPSI terdiri dari Pengurus Daerah IPSI sebanyak 33 Propinsi dan 10 Perguruan historis dan 5 Perguruan silat.  Pada Munas PB Rounded Rectangle: Gbr 4. Prabowo SubiantoIPSI tahun 2012 menetapkan kembali bpk Prabowo menjadi ketua umum dengan pertimbangan hasil prestasi Indonesia pada multi event sangat baik dengan merebut kembali Indonesia sebagai Juara umum pada Kejuaraan Dunia dan SEA Games 2012 di Jakarta, dan perguruan silat Pagar Nusa sudah terdaftar dan disyahkan sebagai anggota ditingkat pusat.
  
D.   Perkembangan Nomor-nomor yang dipertandingkan
Olahraga Pencak Silat mulai dipertandingkan secara resmi pada  PON ke VII di Jakarta dengan menampilkan nomor tanding, istilah katagori tanding dulu dikenal dengan istilah pencak silat olahraga, kemudian berkembang menjadi wiralaga, sekarang familiar istilah katagori tanding. Nomor pertandingan mengalami perubahan yang dulu kelas berdasarkan berat badan mulai dari kelas A s/d G dan bebas putra, kelas A : 40-45 kg. Sedangkan untuk putri mulai kelas A s/d E. Menjadi bertambah sampai dengan kelas A s/d I putra dan bebas Putra mulai +65Kg. Tahun 1999. Kelas bebas pada pertandingan resmi tidak ada, kelas A s/d J putra tetapi kelas A mulai 45-50 Kg dan seterusnya. Untuk Putri di tambah kelas A s/d F putri, perubahan ini berkaitan dengan desakan dari negara eropa yang sulit mencari atlet dengan berat badan dibawah 50kg.
Sedangkan untuk kategori Seni, istilah seni dulu dikenal dengan istilah pencak silat seni kemudian menjadi wiragana (seni silat tunggal) putra dan putri, wirasanggha (seni silat berpasangan) putra dan putri serta wiraloka (seni silat beregu), akan tetapi sekarang lebih dikenal dengan istilah Jurus/TGR yang kependekkan dari jurus tunggal, Jurus Ganda dan Jurus Regu. Nomor Jurus mulai dipertandingkan secara resmi pada PON XIV di Jakarta, dengan nomor jurus tunggal bebas putra dan putri, ganda putra dan putri dan Jurus Regu wajib.
Beberapa tulisan menjelaskan bahwa Pencak silat  belum resmi diterima dari PON ke I pada tahun 1948 sampai PON ke VII pada tahun 1969, (masih eksebisi) karena belum adanya peraturan yang dapat menjamin keselamatan pesilat, sekaligus mengatur dengan jelas sistem permainan beserta penilaiannya, Awal tahun 1970-an pencak silat mulai mendapat perhatian yang besar dari masyarakat, walaupun pelaksanaannya masih jauh dari sempurna. Khususnya pertandingan seleksi PON ke VIII di daerah berlangsung dengan kekurangan sarana dan prasarana. PB IPSI sebagai motor organisasi PERSILAT terus memberikan masukan dalam perkembangan peraturan sehingga peraturan pertandingan semakin menarik dan berkembang dengan memperhatikan dan mengurangi penilai yang subyektif, serta memperhatikan keselamatan atlet, dengan memperjuangkan penggunakan pelindung pada tungkai dan lengan dalam pertandingan kategori tanding.
Pada tahun 2007 hasil munas ke XI, dalam peraturan pertandingan sudah masuknya pertandingan usia praremaja yaitu kategori usia 9th s/d 13 tahun. Munculnya usia praremaja karena pertandingan pencak silat sudah mulai dipertandingan di tingkat SD mulai dari propinsi sampai tingkat nasional yang dilakukan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral TK dan SD sebagai olahraga pendidikan dan merupakan program pemasalan. Disusul dengan pertandingan tingkat SMP dan SMA, Kejuaraan tersebut di tahun 2008 di beri nama Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional (O2SN).

E.    Perkembangan Pencak silat di Australia
Pencak Silat sudah cukup lama hadir di Australia. Salah satu pendekar silat dari Indonesia menceritakan perkembangan pencak silat di benua Australia, Oki musakti menceritakan pada acara diaspora tahun 2013 di Jakarta, bahwa tidak ada sejarah resmi yang menyatakan kapan silat mulai muncul di benua ini. Tetapi mengingat para ahli sejarah telah mengatakan bahwa pelaut Makassar, Bugis dan suku-suku lain Indonesia telah secara rutin berlayar ke benua kangguru dan bahkan telah tinggal serta berasimilasi sejak abad 17 (bahkan mungkin sebelum itu) maka sangatlah mungkin apabila para pelaut dan pemukim tersebut membawa juga budaya termasuk beladiri silat kepada kalangan penduduk asli Australia.
Dimasa modern ini, beberapa perguruan telah hadir di Australia antara lain Perisai Diri, Sera, Merpati Putih, Asideci, Helang Putih, Langkah Baru dan banyak lagi, termasuk perguruan yang melakukan latihan secara personal tanpa memakai papan nama. Perguruan-perguruan silat ini ada yang dipimpin oleh orang Indonesia yang kebetulan tinggal di Australia atau orang-orang local yang belajar dari guru-guru di Indonesia, Malaysia dan tempat-tempat lain (semisal Belanda atau Amerika Serikat). Ada juga perguruan yang menggabungkan pelajaran silat dengan kuntao, jet kune do atau mixed martial arts (MMA).
Diantara perguruan yang ada di Australia, salah satu yang terbesar dan tertua adalah Perisai Diri. Perisai Diri di Australia bermula dari pertengahan dekade 1970 an ketika seorang pelatih Silat Perisai Diri dari Bandung, Dadang Muharram memutuskan untuk pindah ke kota Brisbane di negara bagian Queensland. Mulanya Don, panggilan akrab Dadang bekerja di pabrik perakitan mobil sambil mengajarkan silat PD pada beberapa muridnya tetapi beberapa tahun kemudian dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan melatih silat secara penuh waktu.
Dalam waktu tidak terlalu lama, Perisai Diri dibawah asuhan Don berkembang pesat, bukan hanya di Brisbane namun juga ke kota-kota besar lain di Australia. Pada setiap saat ada ratusan menjadi anggota aktif Perisai Diri, hingga apabila dijumlah mulai dari saat pembentukannya, telah ada ribuan orang yang sedang atau pernah menjadi murid Silat Perisai Diri di Australia.
Saat ini Perisai Diri berada dibawah bimbingan murid-murid Don baik dari generasi pertama, kedua bahkan ketiga. Pusat kegiatan dan mayoritas murid-muridnya tetap berada di Brisbane dan kota-kota sekitarnya seperti God Coast dan Sunshine Coast. Korps pelatih Perisai Diri saat ini dipimpin oleh seorang Australia yang telah mencapai tingkat Pendekar Muda yaitu Russel Dennis beserta pelatih-pelatih senior seperti Wesley Clark, Blake Brierty, Peter Blake, Michael Dare dan James Ellaray yang memimpin tempat latihan masing-masing dan semuanya telah mendalami Silat ini selama minimal 20 tahun. Selain itu ada terdapat juga pesilat-pesilat dari Indonesia yang ikut membantu melatih dan mengembangkan Perisai Diri disini.
Murid-murid Perisai Diri datang dari berbagai kalangan, dari mulai pekerja, wiraswasta, mahasiswa sampai anak-anak dan pelajar. Selain pada aspekolahraga dan beladiri, banyak diantara mereka yang justru tertarik pada aspek budaya dan kerukunan yang diterapkan di tempat latihan.

F.    Perkembangan pencak silat di Afrika Selatan
Pencak silat yang sekarang ada di Afrika Selatan, tentu tidak serta merta ada begitu saja. Di dalamnya sudah ada proses evolusi, kontribusi dari para pesilat, pendekar, para organisatoris, Pemerintah – masyarakat pencinta Pencak silat sehingga akhirnya Pencak Silat bisa ada di Afrika Selatan. Perguruan pencak silat Al Azhar bukanlah perguruan pencak silat pertama yang memiliki murid atau berkembang di Afrika selatan, sebelum itu sudah ada lebih dahulu beberapa perguruan lain, seperti aliran Betawi yang di pimpin Haji Muhammad Riko seorang pengusaha Ekspedisi, dimana ia berdarah campuran Afrika Selatan dan Indonesia, dengan gaya dan kemampuannya ia mencoba mengenalkan Pencak Silat aliran Betawi di daerah Laudium, Pretoria Afrika Selatan. Penggemar-penggemar bela diri, yang tadinya tidak mengenal akhirnya mengenal kurang lebih bagaimana bentuk pencak silat.
Perguruan Seni Silat Melaka yang berafiliasi kepada Pukulan Melaka Malaysia juga lebih dahulu melakukan penetrasi Pencak silat di Afrika Selatan dan boleh dikatakan cukup lama sejak tahun 1986, hanya saja, karena ketidak hadiran pelatih yang permanen tinggal di sana, perkembangannya mengalami gerak pasang naik dan surut. Ketika pencak silat Indonesia, (mungkin) pertama kali di promosikan di Capetown, pada tahun 2009, orang yang pertama berdiri di depan kuburan Makam Syaikh Yusuf, lengkap dengan memakai sarung, kopiah, dialah Moegamat Gielmie Hartley. Suasana begitu mengharukan, mengingat terasa sekali kami harus datang ke kampung-kampung, ribuan kilometer menggunakan kendaraan dan ada seseorang yang mau berdiri datang, tanpa di undang, datang berdiri menyambut.
            Ketika melakukan promosi pencak silat lagi di Capetown tahun 2010, suasana haru muncul, ketika Faheem Jackson menerima, Menjemput dan mengantarkan kami dengan kendarannya kemana-mana. Kami makan, tidur dan pergi berminggu-minggu dengan beliau. Faheem mengungkapkan keberadaaan pencak silat di Capetown seperti “Connecting the DOT”. Kalimat ini merupakan ekspresi perjuangan ras melayu atau keturunan orang-orang Indonesia yang berada di Afrika Selatan, bagaimana mereka harus bergulat menentukan jati diri mereka di antara persaingan ras baik kulit putih, hitam, orang India, pakistan, mereka selalu mencoba mencari akar dan mencari tahu siapa mereka sebenarnya dan mereka lebih berupaya menggali ke dalam, seperti apa jati diri mereka sebenarnya. Pencak Silat menyambungkan kali, titik –titik yang seperti hilang itu.
            Berdasarkan penulusuran di lapangan, Pencak Silat dari INDONESIA di perkirakan masuk dan merupakan BELA DIRI YANG PERTAMA masuk ke AFRIKA SELATAN, selain bela diri lokal permainan tongkat ZULU Stick Fighting. Pencak Silat masuk seiring dengan datangnya tahanan-tahanan politik para pejuang Indonesia dengan para pengikutnya dan para abdi dalamnya. Secara Nalar, nama-nama besar seperti Syaikh Yusuf, Tuan Guru dan atau Syaikh Madura, dan banyak nama-nama lain, tentu bukan orang yang awam dengan Bela Diri, bahkan dapat dikatakan memiliki aroma mistik pula dalam hal-hal tertentu sehingga dikatakan memiliki Kramat.
Salah satu bukti yang bisa dilihat nalar ini adalah adanya Budaya Ratib, peragaan seperti debus yang masih ada hingga detik ini di Bosmont, Johannesburg. Dari seluruh keluarga keturunan di Wilayah Western Cape, hanya tinggal satu keluarga tersisa yang bisa memainkan Ratib. Untuk dari Eastern Cape sendiri, kami kurang menggalinya kembali. Ratib merupakan salah satu bukti adanya titik hubungan dari keberadaan antara orang-orang yang berada di Afrika Selatan dengan aorang-orang yang berada di indonesia, apabila di tinjau dari kesenian bela diri.
Apabila kita tinggal di Afrika Selatan, kita bisa merasakan betul perjuangan mencari jati diri itu, bagaimana orang-orang keturunan Indonesia itu berusaha benar mencari jati diri mereka dan berupaya menyusun kembali jati diri mereka dengan identitas nenek moyangnya. Mereka bisa saja berwarganegara berbeda, namun di dalamnya, jiwa dan genetik mereka, mereka adalah INDONESIA

3 komentar:

  1. dimana saya bisa mendapat bukunya mas ?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. dimana untuk mendapatkan bukunya mas. mohon infonyaa??

    BalasHapus