Rabu, 02 Desember 2015

Model Pembinaan Olahraga Usia Dini

Johansyah Lubis1, Eva Julianti2
1Johansyah Lubis (Dept. sports science, University state of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia
2Eva Julianti (Dept. sports science, Universitas State of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia

Johansyah8886@yahoo.co.id1, email@evayulianti.com2,


AbstractTujuan penelitian ini adalah menghasilkan satu model pembinaan olahraga usia dini dan tujuan jangka panjang menciptakan blueprint bagi pembinaan olahraga usia dini atau sekolah. Model ini menitikberatkan pada perkembangan anak usia dini dan perlindungan anak, sekaligus juga memberikan pengalaman aktifitas fisik yang sesuai dengan perkembangannya. Metode yang digunakan dalam penetian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D), yang meliputi sepuluh tahap pengembangan model. Tahun pertama dilaksanakan studi liretarur dan studi lapangan untuk mengumpulkan informasi terkait pembinaan olahraga usia dini yang saat ini terjadi; penyusunan rencana penelitian; pengembangan desain model pembinaan olahraga usia dini; ujicoba awal, masukan dari pakar serta revisi pertama. Pada tahun kedua, penelitian akan melalui tahap sebagai berikut: Ujicoba lapangan pertama: perbaikan dan penyempurnaan model: Uji coba lapangan kedua: perbaikan model akhir serta model final.
Keywords— Model, Pembinaan Olahraga, usia dini.
Pembinaan yang memperhatikan karakter khusus anak dalam olahraga sejak usia dini diperlukan karena anak terlahir dengan karakteristik dan potensi masing-masing. Keunikan inilah yang menjadi satu argumentasi bagi orangtua dan pendidik untuk pengembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
            Pembinaan olahraga anak di usia dini menjadi suatu hal yang penting karena pengalaman pada masa kanak-kanak akan meemberi dampak pada perkembangan dirinya ke depan dengan tidak mencederai dan merusak masa depan anak, baik dari perkembangan fisiologis, motorik, sosial dan mental anak.
            Pada tahun dideklarisikan a world fit for children (WFC) dalam 27th United Nations general Assembly Special Session on children. Yaitu promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan pendidikan yang kualitas (providing quality education), perlindungan terhadap perilaku salah (abuse), eksploitasi, dan kekerasan (protecting against abuse, explotation and violence), dan penanggulangan HIV/AIDS (combating HIV/AIDS).
            Pembinaan olahraga pada usia sekolah dasar seharusnya mendapatkan true meaning of achievement in sports, yaitu having fun, developing athletic and social skills, and nurturing a healthy, positive sense of self-esteem (Aubrey H. Fine dan Sachs) sehingga anak akan memperoleh pengalaman belajar melalui total sport experience atau TSE. Cratty (1970) menyatakan bahwa movement is learning and learning requires movement.
            Program pembinaan seperti ekstrakurikuler maupun O2SN, ASSPO ataupun POPNAS sebagai ajang peningkatan mutu pendidikan dan sebagai pencarian bakat siswa. Prestasi bukan sesuatu yang dihasilkan secara instant, tetapi memerlukan pemograman sejak sekolah dasar, program pembinaan olahraga harus membuat suatu program jangka panjang untuk atlet muda (young athelete long term development program) dengan mempertimbangkan karakteristik anak, perkembangan motoriknya, TSE dan gerak sebagai salah satu bagian dari kecerdasan anak dalam multiple intelengence (bodily intelegence).
            Berdasarkan di atas, maka dirumuskan “Bagaimanakah model pembinaan olahraga anak usia dini?”. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan penelitian dasar untuk menghasilkan model pembinaan olahraga usia dini; (2) menghasilkan blueprint yang mendasarkan pengembangan model pembinaan selanjutnya;
Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, menurut simamarta (1983) dinyatakan bahwa model adalah abstraksi  dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentasi yang bersifat menyeluruh. Sedangkan Pengembangan model merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan yang berkaitan dengan model sebelumnya, Model harus dievaluasi dan dimodifikasi secara kontinu dalam melihat respons ilmu pengetahuan baru, level perkembangan, dan pengukuran kemajuan.
Jalaluddin menyatakan bahwa pembinaan sebagai upaya memelihara dan membawa pada suatu keadaan, Poerwadarminta (1996) menyatakan bahwa Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk member pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu  tujuan tertentu. Pembinaan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, serta pembinaan menekankan pada pendekaan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Olahraga menurut Jayawardana (2010:1) merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang bisa dikembangkan dan dilatih untuk kepentingan kesehatan bagi dirinya, didalamnya memiliki pengertian sebagai gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Tujuan berolahraga yaitu: a) Physical fitness; b) Motor skill; c) Knowledge; d) Social objective; e) Aesthestic or Appresial Objective. Daniel Landers  seorang professor pendidikan olahraga dari Arizona State University (Jawardana 2010;28-29), menemukan manfaat lain dari olahraga untuk otak manusia yaitu : a) meningkatkan kemampuan otak, latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kesehatan mental, karena olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak; b) membantu menunda proses penuaan; c)mengurangi stress; d) Menaikkan dayatahan tubuh; e) memperbaiki kepercayaan diri;
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun, Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti; 2010;7) berpendapat anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun, Augusta (2012) menyatakan anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa dan berkomunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa emas, karena masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda, asupan makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangn tersebut.
Siti Aisyah (2010) mengatakan karakteristik anak usia dini antara lain: a) memiliki rasa ingin tahu yang besar: b) merupakan pribadi yang unik: c)suka berfantasi dan berimajinasi; d) masa paling potensial untuk belajar: e) menunjukkan sikap egosentris; f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek; g) sebagai bagian dari mahluk sosial.
Peranan olahraga usia dini yakni; 1) rangsangan pertumbuhan dan perkembangan organic; 2) keterampilan neomaskular motorik; 3) perkembangan intelektual; 4) perkembangan emosial.

METODE.
            Penelitian ini bertujuan menghasilkan blueprint pembinaan olahraga usia dini, dengan menggunakan metode penitian dan pengembangan (R&D). metode R&D yang digunakan mengikuti metode yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983:251-258), model yang akan dikembangkan adalah young long term athlete development dari Canada, dikembangkan sesuai dengan karakteristik anak usia dini di Indonesia, lingkungan, kebijakan dan sarana pendukung lainnya.
            Gambar 1: alur pengembangan model.
            Pada tahun pertama pada april 2014 hingga desember 2014 dan tahun kedua pada januari 2014 hingga desember 2015. Lokasi penelitian di DKI Jakarta, jawabarat. Responden dalam penelitian ini adalah pendidikan dasar dinas pendidikan propinsi, kepala sekola, guru pendidikan jasmani, pelatih, orang tua.
            Analisis data dilakukan terhadap data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian, analisis konsistensi dan akurasi isi dilakukan terhadap data yang diperoleh dari tahapan analisis dan desain. Analisis kisi-kisi dilakukan terhadap tahapan latihan. Analisis kelayakan model dilakukan terhadap keseluruhan model. Analisis deskripsi dilakukan terhadap semua data yang bisa ditabulasikan sehingga menjadi bermakna.
           
           
HASIL PENELITIAN
a.       Hasil penelusuran literature.
Anak-anak saat ini memiliki gaya hidup yang statis, dalam sebuah studi dikatakan bahwa lebih dari 7000 remaja muda di 34 negara, hampir sepertiga hidupnya lebih senang tidak bergerak, dengan menghabiskan tiga jam sehari atau lebih menonton TV atau bermain computer (Gruthold et al, 2010)


                        Gambar 2. Tahap penelitian.
            Pengembangan model pembinaan olahraga di beberapa Negara diantaranya Canada: long term athlete development (LTAD) model Kanada. LTAD membagi model pengembangan olahraga dalam tujuh tahap, dimana LTAD mendukung pelatih, kompetisi, dan program pemulihan berdasarkan usia perkembangan-pematangan fisik, mental dan emosial individu, bukan usia kronologis.



                                    Gambar 3. Model pembinaan olahraga di Canada.

Rwanda : Sports for peace and reconciliation, the main objective of the UNICEF sports mainstreaming programme in Rwanda is to contribute to the integration of orphans and other vulnerable (OVCs) in their communities, through their participation in sport activities with other children. The focus is on ensuring tha OVCs participate in these activities and that, through this participation, they become more accepted by the community. The project aims to advance and improve the physical and psycho-social development of the children involved.
            Georgia : Football championship among school children; since 2001, UNICEF together with different partners has been organizing children and youth football championship on the president’s Cup in Georgia. The championship on the president’s cup is an annual event which has been going on annually for five years now. The championship has brought forth new talents in sport and has helped to mobilize thousands of children and young people in healthy sports activities. The tournament aims at significantly contributing to the promotion of healthy lifestyles and prevention of harmful habits in particular alcohol and drug abuse among children and youth in Georgia.
            Columbia : the football for peace project is a partnership between the Hihg commissioner for peace, the young Colombia programme, government ministries and private sector public spaces are being rehabilitated and turned into football fields to promote tolerance and conflict resolution. The project helps communities understand that all children, including current and child soldiers, have rights and that no child should be marginalized.
            Turkey : the FACT (Family and Child Training) programme encourages families with children under six years to participate together in games and play activities for younger children. The extended family learns about the importance of early childhood education, nutrition, breastfeeding and play.
            Zimbabwe ; The Youth Education through Sport (YES) programme, led ny young people, requires participants to commit to staying in school and to volunteering in their communities. The aim of this nationwide programme, supported by the Zimbabwe Sport and Recreation Commission, national and international partners, is to bring together young people through sport to provide education on HIV/AIDS and related issues such as teaching young people life skills, and equipping them to become peer educators and contribute to their communities as positive role models. (WWW.unicef.org/sport/index_24023.html)

b.      Model yang dikembangkan
Berdasarkan kebutuhan penelitian, pada usia akhir usia dini, yaitu 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1 dan 2 sekolah dasar, maka pembinaan diarahkan kepada pengembangan dan pemantapan gerak dasar, sebagaimana dalam gambar berikut,
Aktifitas fisik; model yang dikembangkan dan diuji coba model POAUD sebagai berikut:


                        Gambar 4. Model 1 yang dikembangkan.

Model pertama ini, peneliti berdasarkan hasil literature, studi lapangan, anak usia dini dapat dilibatkan dalam aktifitas olahraga dengan kebutuhan mereka bergerak atau melakukan aktifitas fisik. Pada fase usia 6-8 tahun ini, akan dilakukan perbaikan dan pengembangan gerak dasar yang terdiri dari lari, lompat, tangkap dan lempar dengan variasi dan mulai dari gerakan sederhana ke komplek. Model pertama dilakukan validasi dengan pakar melalui FDG, hasil validasi model dilakukan evaluasi dan penyempurnaan, sehingga diperbaiki menjadi model ke dua.



                        Gambar 5. Model 2 yang dikembangkan.

        Model ke dua ini di ujicoba di wilayah DKI Jakarta, pada satu sekolah yaotu SDN 04 Jati. Responden adalah peserta didik kelas 1 dan 2 yang dalam pelaksanaannya dipisahkan. Hasil dicatat dalam laporan pengamatan dan pelaksanaan ujicoba dan didiskusikan focus grub terdiri dari peneliti, orangtua, pakar olahraga, pakar pendidikan jasmani, dinas olahraga, guru dan pelatih/istruktur. Hasil FGD menjadi dasar perbaikan dari model, sehingga diperoleh model final sebagaimana dalam gambar berikut:



                        Gambar 6. Model final yang dikembangkan.

        Pada model ini, ditambahkan satu aspek penting yang menjadi bagian dari gerak anak usia dini, yaitu FUN atau kegembiraan ketika melakukan. Sehingga dalam buku pedoman/ panduan model, ditambahkan beragam variasi permainan dan gerak.

Kesimpulan

Berdasar pada hasil penelitian, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu, menghasilkan produk akhir berupa model pembinaan olahraga usia dini. yang terdiri atas 5 pedoman. Adapun pedoman adalah; (1) pedoman orang tua, (2) pedoman untuk seolah dan guru, (3) pedoman untuk psikolog, (4) pedoman untuk pelatih, (5) pedoman untuk medis. Pada akhir tahap penelitian dapat ditarik pula kesimpulan bahwa model pembinaan olahraga usia dini dapat dikembangkan di Indonesia.


Daftar Pustaka

[1]   Borg, Walter. R dan Gall Meredith, 1983. Educational Research: an Introduction. New York: Longman.
[2]   Canadian Sport Centres, 2007. Long Term Athlete Development: Canadian Sport for life. Ottawa: Canadian sport centres.
[3]   Cratty, Bryant J. 1970. Movement Activities, Motor Ability and the Education. NJ: Prentice-Hall

[4]   Fine. Aubrey H. dan Michael L. Sachs. The Total Sports Experience for Kids: A parent’s Guide for Success 

Sabtu, 12 April 2014

TRX EXERCISE
(MENGENAL LATIHAN UNIK; TRX)

Dr. Johansyah Lubis. M.Pd
(Dosen di FIK Univ Negeri Jakarta)
Pendahuluan:
Saat kita sedang berjalan-jalan di pantai atau berlatih dipasir, mengapa tungkai terasa lebih berat dan cepat lelah dibandingkan dengan berjalan di jalan raya atau di jogging track? Pertanyaan yang sering kita dengar. Jawabannya sangat banyak dan beragam tetapi jawaban yang sederhana adalah ketika kita melihat dari sudut bahwa berjalan di tempat berpasir maka kita berjalan ditempat ketidak stabilan, ketika jalan dalam ketidak stabilan maka tubuh dan anggota tubuh akan menjaga stabilannya, sehingga otot-otot minor yang bekerja menjaga kestabilan harus bergerak dan berfungsi, jarangan otot-otot minor bekerja dan berfungsi saat berjalan menjadikan otot tungkai akan terasa lebih lelah.

Latihan-latihan yang memanfaatkan ketidak stabilan saat ini banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai latihan atau fisioterapi, mulai latihan menggunakan bola medicine, bola, trx dll, 
  
Sejarah TRX
Latihan TRX diciptakan oleh seorang anggota Angkatan Laut AS, Randy Hetrick. Ide latihan ini muncul ketika ia tinggal di dalam kapal selam dan tidak memiliki peralatan latihan, serta terbatasnya ruangan untuk berlatih. Ia kemudian menggunakan sebagian dari perlengkapan parasut dan sabuk karate untuk membuat sebuah prototip TRX, yang bisa Anda lihat pada zaman sekarang.

Apa itu Suspension Training?
Suspension Training bisa didefinisikan sebagai metode latihan yang menggunakan berat badan sendiri sebagai beban. Latihan ini bisa dibilang latihan yang unik, yang secara umum menggunakan tangan atau kaki pada titik jangkar tunggal, sementara badan tidak kontak dengan lantai. Ini memberikan ketidakstabilan, sehingga memungkinkan Anda untuk melatih kekuatan, power, daya tahan, integritas gabungan, pencegahan cedera, fleksibilitas, dan keseimbangan.

Konsep TRX
Konsep latihan TRX adalah bicara keseimbangan, Teori tentang kesimbangan diantaranya adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif  untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan  berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak seperti berlari dann berjalan.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
1)  Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor  sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

2)       Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

3)       Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. 
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4)       Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

5)       Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

a.     Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1)       Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat.

2)       Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
   


  

3)       Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.  


Mengapa Harus Menggunakan TRX?
Berikut ini beberapa alasan mengapa Anda harus mencoba menggunakan TRX:
1.      Dapat dilakukan oleh semua orang dalam semua level kebugaran. TRX adalah salah satu alat latihan yang paling serbaguna di pasaran saat ini. Walau Anda pemula atau atlet berpengalaman, Anda dapat berlatih menggunakan alat yang satu ini.
2.      Latihan ini bisa dilakukan di mana saja. Anda bisa melakukan latihan TRX di mana saja termasuk rumah atau bahkan kamar hotel. Anda bisa mengemas semua peralatan TRX dalam satu ransel besar, yang Anda bisa gunakan di mana pun Anda berada.
3.      Latihan ini adalah latihan inti dari semua jenis latihan. Bagi Anda yang ingin melatih bagian otot perut dan otot inti, Anda bisa melakukan TRX. Dengan TRX, semua tujuan latihan dapat dicapai. Ketidakstabilan saat berlatih menggunakan TRX akan memaksa Anda untuk mengaktifkan, melibatkan, dan menguatkan seluruh anggota tubuh melalui gerakan-gerakan latihan TRX, yang menyebabkan tubuh secara keseluruhan lebih kuat dan lebih tangguh terhadap cedera.
4.      Bagi Anda yang mendalami olahraga MMA (Mixed Martial Arts), TRX merupakan latihan yang fungsional dan memiliki banyak keunggulan, di antaranya melatih seluruh tubuh, meningkatkan metabolisme, dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan Anda.

Contoh-contoh latihan TRX 


 

   
  
Sumber :
Gerry Carr,(2004). Sport mechanics for coaches. Human kinetics
James G. Hay,1993. The Biomechanics of sport Techniques, New Jersey, Prentice Hall,
Johansyah Lubis (2013) Panduan Prakris Penyusunan program Latihan. Jakarta: RajaGrafindo
Peter M. McGinnis,(2005). Biomechanics of sport and exercise. Human kinetics.

Rabu, 01 Januari 2014

Tes Keterampilan Pencak silat

MEASUREMENT FOUNDANTION SKILL PENCAK SILAT
(Tes keterampilan dasar Pencak silat)
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd


1. Pengukuran Penampilan Keterampilan Pencak Silat.

Tujuan : Untuk Mengetahui Penampilan ketrampilan  pencak silat atlet (Untuk Teknik Tendangan Lurus, samping dan sabit)
Peralatan         : 1. Sabuk/tali
                          2. Meteran
  3. Tiang setinggi 2 meter (2buah)/diganti orang
      utk memegang.
Petugas           : 1. Pengukur ketinggian
                          2. Pencatat
                          3, Penjaga tiang.
Pelaksanaan   : Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sabuk dengan jarak 60 cm (putri) dan 90 cm (putra) secara horisontal dan dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra). Kemudian melakukan tendangan ditempat dimana teknik tendangan harus melewati sabuk/tali, tanpa menyentuh, setiap tendangan yang menyentuh sabuk/tali akan dikurangi 1. Setiap atlet melakukan tendangan secara berturut-turut sebanyak 10 tendangan untuk kaki kanan dan 10 tendangn kaki kiri. Pelaksanaan dapat dilakukan 3 kali dan diambil nilai tertinggi.
Penilaian         : Skor berdasarkan jumlah penampilan atlet berdasarkan kisi-kisi instrumen dan dikurangi nilai kesalahan dalam menendang bila menyentuh tali. Indikator dalam tes ini adalah : 1) Posisi Sikap pasang ;2)Angkatan ; 3)saat melepas tendangan/lintasan ; 4) kembali ke sikap pasang.
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Penampilan Ketrampilan Pencak Silat :

No
Indikator Tendangan Lurus/ samping/ Sabit

6
7
8
9
10
1
Posisi Sikap pasang (awal)





2
Lutut diangkat trelebih dahulu (lk 100 derajat)





3
Posisi badan saat angkatan kaki dalam keadaan seimbang





4
Melepaskan kaki dengan keadaan lurus





5
Posisi badan saat lepasan kaki dalam keadaan seimbang





6
Posisi kedua tangan merapat dengan badan





7
Menarik kaki dengan lutut merapat (lk 1000)





8
Posisi badan saat lutut merapat seimbang





9
Posisi kedua tangan di depan dada





10
Kembali kesikap pasang dalam keadaan seimbang





Tabel Penilaian :
Nama                          : ……………………………………
Umur                           : ……………………………………
Jenis Kelamin             : Laki-laki/Perempuan


Teknik Tendangan
Lurus Ka.
Lurus Ki
Samping Ka
Samping Ki
Sabit Ka
Sabit ki
Nilai






Pengurangan






Total








(Penilai I)                            (Penilai II)                         (Penilai III)

Tabel 3. Penilaian Penampilan Ketrampilan Atlet yang disarankan

Katagori
Putri
Putra
Baik Sekali
80 – 100
85 – 100
Baik
71 – 79
74 – 84
Cukup
66 – 70
68 – 73
Kurang
56 – 65
61 – 67
Kurang Sekali
> 55
> 60


2. Pengukuran Kecepatan Tendangan Pencak Silat.

Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan pencak silat atlet (Untuk Teknik Tendangan Lurus, samping dan sabit)
Peralatan : 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box)
                  2. Meteran
      3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target.
               2. Pencatat waktu
               3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan   : Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan satu kaki tumpu berada dibelakang garis sejauh 50 cm (putri) 60 cm (putra). Pada saat aba-aba ‘Ya’, atlet melakukan tendangn dengan kaki kanan dan kembali ke posisi awal dengan menyentuh lantai yang berada dibelakang garis, kemudian melanjutkan tendangn kanan secepat-cepatnya sebanyak-banyaknya selama 10 detik. Demikian juga dengan kaki kiri. Pelaksanaan dapat dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian Sandsack/target 75 cm (putri) dan 100cm (putra).

Penilaian : Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet

Formulir Penilaian Kecepatan tendangan.
Nama                          : …………………………………..
Umur                           : …………………………………..
Jenis Kelamin             : Laki-laki/Perempuan
Teknik Tendangan
Lurus Ka.
Lurus Ki
Samping Ka
Samping Ki
Sabit Ka
Sabit ki
Penampilan 1






Penampilan 2






Penampilan 3

















(Penilai I)                     (Penilai II)                                (Penilai III)


Add caption
                                              


Gambar 1. Tes kecepatan tendangan sabit

Tabel 2. Penilaian Kecepatan Tendangan sabit Atlet

Katagori
Putri
Putra
Baik Sekali
> 24
> 25
Baik
19 – 23
20 - 24
Cukup
16 – 18
17 - 19
Kurang
13 – 15
15 – 16
Kurang Sekali
< 12
<14

3. Pengukuran Kelincahan Tendangan Pencak Silat.

Untuk Teknik Tendangan Sabit
Tujuan             : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan pencak silat atlet.
Peralatan: 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box)
                 2. Meteran
     3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target.
              2. Pencatat waktu
              3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan :
Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba ‘ya’ Atlet melakukan tendangan sabit kanan dengan melompat, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada di sebelah garis kanan, kemudian melakukan sabit kiri dengan kaki kanan sebagai kaki tumpu yang berada  di sebelah garis kiri. Setiap atlet melakukan sebanyak 5 tendangan kaki kanan dan 5 tendangan untuk kaki kiri secepat-cepatnya secara bergantian. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra).
Penilaian: Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet






    


Gambar 7. 16. Tes kecepatan tendangan sabit

Untuk Tendangan Samping

Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan
  pencak silat atlet
Peralatan: 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box)
                 2. Meteran
     3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target.
               2. Pencatat waktu
               3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan: Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba ‘ya’ Atlet melakukan tendangn samping kanan dengan melompat, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada di sebelah garis kanan, kemudian melakukan samping kiri dengan kaki kanan sebagai kaki tumpu yang berada  di sebelah garis kiri sebanyak-banyaknya selama 15 detik. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra). Jarak antara target dengan target sepanjang 200-210 cm yang berada di sebelah kiri dan kanan pesilat. (lihat gambar)
Penilaian : Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet
Formulir Penilaian Kelincahan tendangan.
Nama                          : …………………………………..
Umur                           : …………………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Teknik Tendangan
Sabit Ka
Sabit Ki
Samping Ka
Samping Ki
Waktu Penampilan 1


-
-
Waktu Penampilan 2


-
-
Waktu Penampilan 3


-
-
Waktu Terbaik


-
-



(Penilai I)                     (Penilai II)                                (Penilai III)


      



Tabel 5. Penilaian Kelincahan Tendangan Ketrampilan Atlet
Katagori
Putri
Putra
Baik Sekali
> 28
> 30
Baik
23 – 27
25 – 29
Cukup
18 – 22
20 – 24
Kurang
14 – 17
15 – 18
Kurang Sekali
< 13
< 14


4. Pengukuran Koordinasi Tendangan Pencak Silat.

Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Koordinasi Tendangan
  Dan pukulan pencak silat atlet.
Peralatan: 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box)
                 2. Meteran
                 3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target.
              2. Pencatat waktu
              3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan: Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba ‘ya’ Atlet melakukan tendangan dan pukulan ke arah sandsack/target pada sasaran bidang setinggi 15 cm, selama 30 detik sebanyak-banyaknya. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra).
Penilaian: Skor berdasarkan jumlah serangan tangan dan kaki selama 30 detik yang mengenai sasaran.

Formulir Penilaian Koordinasi tendangan dan pukulan.
Nama              : …………………………………..
Umur               : …………………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Penampilan/teknik
Serangan Tangan
Serangan Tungkai/kaki
Penampilan 1


Penampilan 2


Penampilan 3


Jumlah





    



(Penilai I)                     (Penilai II)                                (Penilai III)

Tabel 6. Penilaian Koordinasi Tendangan dan Pukulan Ketrampilan Atlet

Katagori
Putri
Putra
Baik Sekali
> 40
> 50
Baik
35 - 39
 40  -  49
Cukup
29  - 34
36  -  39
Kurang
23  - 28
30  -  35
Kurang Sekali
< 22
< 39