Rabu, 02 Desember 2015

Model Pembinaan Olahraga Usia Dini

Johansyah Lubis1, Eva Julianti2
1Johansyah Lubis (Dept. sports science, University state of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia
2Eva Julianti (Dept. sports science, Universitas State of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia

Johansyah8886@yahoo.co.id1, email@evayulianti.com2,


AbstractTujuan penelitian ini adalah menghasilkan satu model pembinaan olahraga usia dini dan tujuan jangka panjang menciptakan blueprint bagi pembinaan olahraga usia dini atau sekolah. Model ini menitikberatkan pada perkembangan anak usia dini dan perlindungan anak, sekaligus juga memberikan pengalaman aktifitas fisik yang sesuai dengan perkembangannya. Metode yang digunakan dalam penetian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D), yang meliputi sepuluh tahap pengembangan model. Tahun pertama dilaksanakan studi liretarur dan studi lapangan untuk mengumpulkan informasi terkait pembinaan olahraga usia dini yang saat ini terjadi; penyusunan rencana penelitian; pengembangan desain model pembinaan olahraga usia dini; ujicoba awal, masukan dari pakar serta revisi pertama. Pada tahun kedua, penelitian akan melalui tahap sebagai berikut: Ujicoba lapangan pertama: perbaikan dan penyempurnaan model: Uji coba lapangan kedua: perbaikan model akhir serta model final.
Keywords— Model, Pembinaan Olahraga, usia dini.
Pembinaan yang memperhatikan karakter khusus anak dalam olahraga sejak usia dini diperlukan karena anak terlahir dengan karakteristik dan potensi masing-masing. Keunikan inilah yang menjadi satu argumentasi bagi orangtua dan pendidik untuk pengembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
            Pembinaan olahraga anak di usia dini menjadi suatu hal yang penting karena pengalaman pada masa kanak-kanak akan meemberi dampak pada perkembangan dirinya ke depan dengan tidak mencederai dan merusak masa depan anak, baik dari perkembangan fisiologis, motorik, sosial dan mental anak.
            Pada tahun dideklarisikan a world fit for children (WFC) dalam 27th United Nations general Assembly Special Session on children. Yaitu promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan pendidikan yang kualitas (providing quality education), perlindungan terhadap perilaku salah (abuse), eksploitasi, dan kekerasan (protecting against abuse, explotation and violence), dan penanggulangan HIV/AIDS (combating HIV/AIDS).
            Pembinaan olahraga pada usia sekolah dasar seharusnya mendapatkan true meaning of achievement in sports, yaitu having fun, developing athletic and social skills, and nurturing a healthy, positive sense of self-esteem (Aubrey H. Fine dan Sachs) sehingga anak akan memperoleh pengalaman belajar melalui total sport experience atau TSE. Cratty (1970) menyatakan bahwa movement is learning and learning requires movement.
            Program pembinaan seperti ekstrakurikuler maupun O2SN, ASSPO ataupun POPNAS sebagai ajang peningkatan mutu pendidikan dan sebagai pencarian bakat siswa. Prestasi bukan sesuatu yang dihasilkan secara instant, tetapi memerlukan pemograman sejak sekolah dasar, program pembinaan olahraga harus membuat suatu program jangka panjang untuk atlet muda (young athelete long term development program) dengan mempertimbangkan karakteristik anak, perkembangan motoriknya, TSE dan gerak sebagai salah satu bagian dari kecerdasan anak dalam multiple intelengence (bodily intelegence).
            Berdasarkan di atas, maka dirumuskan “Bagaimanakah model pembinaan olahraga anak usia dini?”. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan penelitian dasar untuk menghasilkan model pembinaan olahraga usia dini; (2) menghasilkan blueprint yang mendasarkan pengembangan model pembinaan selanjutnya;
Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, menurut simamarta (1983) dinyatakan bahwa model adalah abstraksi  dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentasi yang bersifat menyeluruh. Sedangkan Pengembangan model merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan yang berkaitan dengan model sebelumnya, Model harus dievaluasi dan dimodifikasi secara kontinu dalam melihat respons ilmu pengetahuan baru, level perkembangan, dan pengukuran kemajuan.
Jalaluddin menyatakan bahwa pembinaan sebagai upaya memelihara dan membawa pada suatu keadaan, Poerwadarminta (1996) menyatakan bahwa Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk member pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu  tujuan tertentu. Pembinaan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, serta pembinaan menekankan pada pendekaan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Olahraga menurut Jayawardana (2010:1) merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang bisa dikembangkan dan dilatih untuk kepentingan kesehatan bagi dirinya, didalamnya memiliki pengertian sebagai gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Tujuan berolahraga yaitu: a) Physical fitness; b) Motor skill; c) Knowledge; d) Social objective; e) Aesthestic or Appresial Objective. Daniel Landers  seorang professor pendidikan olahraga dari Arizona State University (Jawardana 2010;28-29), menemukan manfaat lain dari olahraga untuk otak manusia yaitu : a) meningkatkan kemampuan otak, latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kesehatan mental, karena olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak; b) membantu menunda proses penuaan; c)mengurangi stress; d) Menaikkan dayatahan tubuh; e) memperbaiki kepercayaan diri;
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun, Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti; 2010;7) berpendapat anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun, Augusta (2012) menyatakan anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa dan berkomunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa emas, karena masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda, asupan makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangn tersebut.
Siti Aisyah (2010) mengatakan karakteristik anak usia dini antara lain: a) memiliki rasa ingin tahu yang besar: b) merupakan pribadi yang unik: c)suka berfantasi dan berimajinasi; d) masa paling potensial untuk belajar: e) menunjukkan sikap egosentris; f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek; g) sebagai bagian dari mahluk sosial.
Peranan olahraga usia dini yakni; 1) rangsangan pertumbuhan dan perkembangan organic; 2) keterampilan neomaskular motorik; 3) perkembangan intelektual; 4) perkembangan emosial.

METODE.
            Penelitian ini bertujuan menghasilkan blueprint pembinaan olahraga usia dini, dengan menggunakan metode penitian dan pengembangan (R&D). metode R&D yang digunakan mengikuti metode yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983:251-258), model yang akan dikembangkan adalah young long term athlete development dari Canada, dikembangkan sesuai dengan karakteristik anak usia dini di Indonesia, lingkungan, kebijakan dan sarana pendukung lainnya.
            Gambar 1: alur pengembangan model.
            Pada tahun pertama pada april 2014 hingga desember 2014 dan tahun kedua pada januari 2014 hingga desember 2015. Lokasi penelitian di DKI Jakarta, jawabarat. Responden dalam penelitian ini adalah pendidikan dasar dinas pendidikan propinsi, kepala sekola, guru pendidikan jasmani, pelatih, orang tua.
            Analisis data dilakukan terhadap data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian, analisis konsistensi dan akurasi isi dilakukan terhadap data yang diperoleh dari tahapan analisis dan desain. Analisis kisi-kisi dilakukan terhadap tahapan latihan. Analisis kelayakan model dilakukan terhadap keseluruhan model. Analisis deskripsi dilakukan terhadap semua data yang bisa ditabulasikan sehingga menjadi bermakna.
           
           
HASIL PENELITIAN
a.       Hasil penelusuran literature.
Anak-anak saat ini memiliki gaya hidup yang statis, dalam sebuah studi dikatakan bahwa lebih dari 7000 remaja muda di 34 negara, hampir sepertiga hidupnya lebih senang tidak bergerak, dengan menghabiskan tiga jam sehari atau lebih menonton TV atau bermain computer (Gruthold et al, 2010)


                        Gambar 2. Tahap penelitian.
            Pengembangan model pembinaan olahraga di beberapa Negara diantaranya Canada: long term athlete development (LTAD) model Kanada. LTAD membagi model pengembangan olahraga dalam tujuh tahap, dimana LTAD mendukung pelatih, kompetisi, dan program pemulihan berdasarkan usia perkembangan-pematangan fisik, mental dan emosial individu, bukan usia kronologis.



                                    Gambar 3. Model pembinaan olahraga di Canada.

Rwanda : Sports for peace and reconciliation, the main objective of the UNICEF sports mainstreaming programme in Rwanda is to contribute to the integration of orphans and other vulnerable (OVCs) in their communities, through their participation in sport activities with other children. The focus is on ensuring tha OVCs participate in these activities and that, through this participation, they become more accepted by the community. The project aims to advance and improve the physical and psycho-social development of the children involved.
            Georgia : Football championship among school children; since 2001, UNICEF together with different partners has been organizing children and youth football championship on the president’s Cup in Georgia. The championship on the president’s cup is an annual event which has been going on annually for five years now. The championship has brought forth new talents in sport and has helped to mobilize thousands of children and young people in healthy sports activities. The tournament aims at significantly contributing to the promotion of healthy lifestyles and prevention of harmful habits in particular alcohol and drug abuse among children and youth in Georgia.
            Columbia : the football for peace project is a partnership between the Hihg commissioner for peace, the young Colombia programme, government ministries and private sector public spaces are being rehabilitated and turned into football fields to promote tolerance and conflict resolution. The project helps communities understand that all children, including current and child soldiers, have rights and that no child should be marginalized.
            Turkey : the FACT (Family and Child Training) programme encourages families with children under six years to participate together in games and play activities for younger children. The extended family learns about the importance of early childhood education, nutrition, breastfeeding and play.
            Zimbabwe ; The Youth Education through Sport (YES) programme, led ny young people, requires participants to commit to staying in school and to volunteering in their communities. The aim of this nationwide programme, supported by the Zimbabwe Sport and Recreation Commission, national and international partners, is to bring together young people through sport to provide education on HIV/AIDS and related issues such as teaching young people life skills, and equipping them to become peer educators and contribute to their communities as positive role models. (WWW.unicef.org/sport/index_24023.html)

b.      Model yang dikembangkan
Berdasarkan kebutuhan penelitian, pada usia akhir usia dini, yaitu 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1 dan 2 sekolah dasar, maka pembinaan diarahkan kepada pengembangan dan pemantapan gerak dasar, sebagaimana dalam gambar berikut,
Aktifitas fisik; model yang dikembangkan dan diuji coba model POAUD sebagai berikut:


                        Gambar 4. Model 1 yang dikembangkan.

Model pertama ini, peneliti berdasarkan hasil literature, studi lapangan, anak usia dini dapat dilibatkan dalam aktifitas olahraga dengan kebutuhan mereka bergerak atau melakukan aktifitas fisik. Pada fase usia 6-8 tahun ini, akan dilakukan perbaikan dan pengembangan gerak dasar yang terdiri dari lari, lompat, tangkap dan lempar dengan variasi dan mulai dari gerakan sederhana ke komplek. Model pertama dilakukan validasi dengan pakar melalui FDG, hasil validasi model dilakukan evaluasi dan penyempurnaan, sehingga diperbaiki menjadi model ke dua.



                        Gambar 5. Model 2 yang dikembangkan.

        Model ke dua ini di ujicoba di wilayah DKI Jakarta, pada satu sekolah yaotu SDN 04 Jati. Responden adalah peserta didik kelas 1 dan 2 yang dalam pelaksanaannya dipisahkan. Hasil dicatat dalam laporan pengamatan dan pelaksanaan ujicoba dan didiskusikan focus grub terdiri dari peneliti, orangtua, pakar olahraga, pakar pendidikan jasmani, dinas olahraga, guru dan pelatih/istruktur. Hasil FGD menjadi dasar perbaikan dari model, sehingga diperoleh model final sebagaimana dalam gambar berikut:



                        Gambar 6. Model final yang dikembangkan.

        Pada model ini, ditambahkan satu aspek penting yang menjadi bagian dari gerak anak usia dini, yaitu FUN atau kegembiraan ketika melakukan. Sehingga dalam buku pedoman/ panduan model, ditambahkan beragam variasi permainan dan gerak.

Kesimpulan

Berdasar pada hasil penelitian, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu, menghasilkan produk akhir berupa model pembinaan olahraga usia dini. yang terdiri atas 5 pedoman. Adapun pedoman adalah; (1) pedoman orang tua, (2) pedoman untuk seolah dan guru, (3) pedoman untuk psikolog, (4) pedoman untuk pelatih, (5) pedoman untuk medis. Pada akhir tahap penelitian dapat ditarik pula kesimpulan bahwa model pembinaan olahraga usia dini dapat dikembangkan di Indonesia.


Daftar Pustaka

[1]   Borg, Walter. R dan Gall Meredith, 1983. Educational Research: an Introduction. New York: Longman.
[2]   Canadian Sport Centres, 2007. Long Term Athlete Development: Canadian Sport for life. Ottawa: Canadian sport centres.
[3]   Cratty, Bryant J. 1970. Movement Activities, Motor Ability and the Education. NJ: Prentice-Hall

[4]   Fine. Aubrey H. dan Michael L. Sachs. The Total Sports Experience for Kids: A parent’s Guide for Success