Model Pembinaan Olahraga Usia Dini
Johansyah Lubis1, Eva Julianti2
1Johansyah Lubis (Dept.
sports science, University state of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia
2Eva Julianti (Dept.
sports science, Universitas State of Jakarta, UNJ), Jakarta, Indonesia
Johansyah8886@yahoo.co.id1, email@evayulianti.com2,
Abstract—
Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan satu model pembinaan olahraga usia dini dan
tujuan jangka panjang menciptakan blueprint bagi pembinaan olahraga usia dini
atau sekolah. Model ini menitikberatkan pada perkembangan anak usia dini dan
perlindungan anak, sekaligus juga memberikan pengalaman aktifitas fisik yang
sesuai dengan perkembangannya. Metode yang digunakan dalam penetian ini adalah
penelitian dan pengembangan (R&D), yang meliputi sepuluh tahap pengembangan
model. Tahun pertama dilaksanakan studi liretarur dan studi lapangan untuk
mengumpulkan informasi terkait pembinaan olahraga usia dini yang saat ini
terjadi; penyusunan rencana penelitian; pengembangan desain model pembinaan
olahraga usia dini; ujicoba awal, masukan dari pakar serta revisi pertama. Pada
tahun kedua, penelitian akan melalui tahap sebagai berikut: Ujicoba lapangan
pertama: perbaikan dan penyempurnaan model: Uji coba lapangan kedua: perbaikan
model akhir serta model final.
Keywords—
Model, Pembinaan Olahraga, usia dini.
Pembinaan yang memperhatikan
karakter khusus anak dalam olahraga sejak usia dini diperlukan karena anak
terlahir dengan karakteristik dan potensi masing-masing. Keunikan inilah yang
menjadi satu argumentasi bagi orangtua dan pendidik untuk pengembangkan anak
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Pembinaan
olahraga anak di usia dini menjadi suatu hal yang penting karena pengalaman
pada masa kanak-kanak akan meemberi dampak pada perkembangan dirinya ke depan
dengan tidak mencederai dan merusak masa depan anak, baik dari perkembangan
fisiologis, motorik, sosial dan mental anak.
Pada
tahun dideklarisikan a world fit for
children (WFC) dalam 27th United Nations general Assembly
Special Session on children. Yaitu promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan pendidikan yang kualitas (providing quality education),
perlindungan terhadap perilaku salah (abuse),
eksploitasi, dan kekerasan (protecting
against abuse, explotation and violence), dan penanggulangan HIV/AIDS (combating HIV/AIDS).
Pembinaan
olahraga pada usia sekolah dasar seharusnya mendapatkan true meaning of achievement in sports, yaitu having fun, developing athletic and social skills, and nurturing a
healthy, positive sense of self-esteem (Aubrey H. Fine dan Sachs) sehingga
anak akan memperoleh pengalaman belajar melalui total sport experience atau TSE. Cratty (1970) menyatakan bahwa movement is learning and learning requires
movement.
Program
pembinaan seperti ekstrakurikuler maupun O2SN, ASSPO ataupun POPNAS sebagai
ajang peningkatan mutu pendidikan dan sebagai pencarian bakat siswa. Prestasi
bukan sesuatu yang dihasilkan secara instant, tetapi memerlukan pemograman
sejak sekolah dasar, program pembinaan olahraga harus membuat suatu program
jangka panjang untuk atlet muda (young
athelete long term development program) dengan mempertimbangkan
karakteristik anak, perkembangan motoriknya, TSE dan gerak sebagai salah satu
bagian dari kecerdasan anak dalam multiple intelengence (bodily intelegence).
Berdasarkan
di atas, maka dirumuskan “Bagaimanakah model pembinaan olahraga anak usia
dini?”. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan penelitian dasar untuk
menghasilkan model pembinaan olahraga usia dini; (2) menghasilkan blueprint
yang mendasarkan pengembangan model pembinaan selanjutnya;
Model adalah pola dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan, menurut simamarta (1983) dinyatakan bahwa
model adalah abstraksi dari sistem
sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat
prosentasi yang bersifat menyeluruh. Sedangkan Pengembangan model merupakan
rangkaian proses yang berkelanjutan yang berkaitan dengan model sebelumnya,
Model harus dievaluasi dan dimodifikasi secara kontinu dalam melihat respons
ilmu pengetahuan baru, level perkembangan, dan pengukuran kemajuan.
Jalaluddin menyatakan bahwa
pembinaan sebagai upaya memelihara dan membawa pada suatu keadaan, Poerwadarminta
(1996) menyatakan bahwa Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk member
pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu
tujuan tertentu. Pembinaan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, kecakapan, serta pembinaan menekankan pada pendekaan praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Olahraga menurut Jayawardana
(2010:1) merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang bisa dikembangkan
dan dilatih untuk kepentingan kesehatan bagi dirinya, didalamnya memiliki
pengertian sebagai gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Tujuan
berolahraga yaitu: a) Physical fitness; b) Motor skill; c) Knowledge; d) Social
objective; e) Aesthestic or Appresial Objective. Daniel Landers seorang professor pendidikan olahraga dari
Arizona State University (Jawardana 2010;28-29), menemukan manfaat lain dari
olahraga untuk otak manusia yaitu : a) meningkatkan kemampuan otak, latihan
fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kesehatan
mental, karena olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan
mempercepat aliran darah menuju otak; b) membantu menunda proses penuaan; c)mengurangi
stress; d) Menaikkan dayatahan tubuh; e) memperbaiki kepercayaan diri;
Anak usia dini adalah anak yang
berada pada usia 0-8 tahun, Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti; 2010;7)
berpendapat anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun, Augusta
(2012) menyatakan anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki
pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosial-emosional, kreativitas, bahasa dan berkomunikasi yang khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Masa anak usia dini
sering disebut dengan istilah “golden age”
atau masa emas, karena masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka
untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak
sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda, asupan makanan
yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangn tersebut.
Siti Aisyah (2010) mengatakan
karakteristik anak usia dini antara lain: a) memiliki rasa ingin tahu yang
besar: b) merupakan pribadi yang unik: c)suka berfantasi dan berimajinasi; d)
masa paling potensial untuk belajar: e) menunjukkan sikap egosentris; f)
memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek; g) sebagai bagian dari mahluk
sosial.
Peranan olahraga usia dini yakni;
1) rangsangan pertumbuhan dan perkembangan organic; 2) keterampilan neomaskular
motorik; 3) perkembangan intelektual; 4) perkembangan emosial.
METODE.
Penelitian
ini bertujuan menghasilkan blueprint pembinaan olahraga usia dini, dengan
menggunakan metode penitian dan pengembangan (R&D). metode R&D yang
digunakan mengikuti metode yang dikembangkan oleh Borg & Gall
(1983:251-258), model yang akan dikembangkan adalah young long term athlete development dari Canada, dikembangkan
sesuai dengan karakteristik anak usia dini di Indonesia, lingkungan, kebijakan
dan sarana pendukung lainnya.
|
Gambar
1: alur pengembangan model.
Pada
tahun pertama pada april 2014 hingga desember 2014 dan tahun kedua pada januari
2014 hingga desember 2015. Lokasi penelitian di DKI Jakarta, jawabarat.
Responden dalam penelitian ini adalah pendidikan dasar dinas pendidikan
propinsi, kepala sekola, guru pendidikan jasmani, pelatih, orang tua.
Analisis
data dilakukan terhadap data yang diperoleh pada setiap tahapan penelitian,
analisis konsistensi dan akurasi isi dilakukan terhadap data yang diperoleh
dari tahapan analisis dan desain. Analisis kisi-kisi dilakukan terhadap tahapan
latihan. Analisis kelayakan model dilakukan terhadap keseluruhan model.
Analisis deskripsi dilakukan terhadap semua data yang bisa ditabulasikan
sehingga menjadi bermakna.
HASIL
PENELITIAN
a.
Hasil penelusuran
literature.
Anak-anak saat ini memiliki gaya hidup yang statis, dalam sebuah studi
dikatakan bahwa lebih dari 7000 remaja muda di 34 negara, hampir sepertiga
hidupnya lebih senang tidak bergerak, dengan menghabiskan tiga jam sehari atau
lebih menonton TV atau bermain computer (Gruthold et al, 2010)
|
Gambar
2. Tahap penelitian.
Pengembangan
model pembinaan olahraga di beberapa Negara diantaranya Canada: long term athlete development (LTAD) model Kanada. LTAD membagi model
pengembangan olahraga dalam tujuh tahap, dimana LTAD mendukung pelatih,
kompetisi, dan program pemulihan berdasarkan usia perkembangan-pematangan
fisik, mental dan emosial individu, bukan usia kronologis.
|
Gambar
3. Model pembinaan olahraga di Canada.
Rwanda : Sports for peace and reconciliation, the main objective of the UNICEF
sports mainstreaming programme in Rwanda is to contribute to the integration of
orphans and other vulnerable (OVCs) in their communities, through their
participation in sport activities with other children. The focus is on ensuring
tha OVCs participate in these activities and that, through this participation,
they become more accepted by the community. The project aims to advance and
improve the physical and psycho-social development of the children involved.
Georgia : Football championship among school children; since 2001, UNICEF together
with different partners has been organizing children and youth football
championship on the president’s Cup in Georgia. The championship on the
president’s cup is an annual event which has been going on annually for five
years now. The championship has brought forth new talents in sport and has
helped to mobilize thousands of children and young people in healthy sports
activities. The tournament aims at significantly contributing to the promotion
of healthy lifestyles and prevention of harmful habits in particular alcohol
and drug abuse among children and youth in Georgia.
Columbia : the football for peace project is a partnership between the Hihg
commissioner for peace, the young Colombia programme, government ministries and
private sector public spaces are being rehabilitated and turned into football
fields to promote tolerance and conflict resolution. The project helps
communities understand that all children, including current and child soldiers,
have rights and that no child should be marginalized.
Turkey : the FACT (Family and Child Training) programme encourages families
with children under six years to participate together in games and play
activities for younger children. The extended family learns about the
importance of early childhood education, nutrition, breastfeeding and play.
Zimbabwe ; The Youth Education through Sport (YES) programme, led ny young
people, requires participants to commit to staying in school and to
volunteering in their communities. The aim of this nationwide programme,
supported by the Zimbabwe Sport and Recreation Commission, national and
international partners, is to bring together young people through sport to
provide education on HIV/AIDS and related issues such as teaching young people
life skills, and equipping them to become peer educators and contribute to
their communities as positive role models.
(WWW.unicef.org/sport/index_24023.html)
b.
Model yang dikembangkan
Berdasarkan kebutuhan penelitian,
pada usia akhir usia dini, yaitu 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1 dan 2
sekolah dasar, maka pembinaan diarahkan kepada pengembangan dan pemantapan
gerak dasar, sebagaimana dalam gambar berikut,
Aktifitas fisik; model yang dikembangkan dan diuji coba model POAUD
sebagai berikut:
|
Gambar 4.
Model 1 yang dikembangkan.
Model pertama ini, peneliti
berdasarkan hasil literature, studi lapangan, anak usia dini dapat dilibatkan
dalam aktifitas olahraga dengan kebutuhan mereka bergerak atau melakukan
aktifitas fisik. Pada fase usia 6-8 tahun ini, akan dilakukan perbaikan dan
pengembangan gerak dasar yang terdiri dari lari, lompat, tangkap dan lempar
dengan variasi dan mulai dari gerakan sederhana ke komplek. Model pertama
dilakukan validasi dengan pakar melalui FDG, hasil validasi model dilakukan
evaluasi dan penyempurnaan, sehingga diperbaiki menjadi model ke dua.
|
Gambar 5.
Model 2 yang dikembangkan.
Model ke dua ini di ujicoba
di wilayah DKI Jakarta, pada satu sekolah yaotu SDN 04 Jati. Responden adalah
peserta didik kelas 1 dan 2 yang dalam pelaksanaannya dipisahkan. Hasil dicatat
dalam laporan pengamatan dan pelaksanaan ujicoba dan didiskusikan focus grub
terdiri dari peneliti, orangtua, pakar olahraga, pakar pendidikan jasmani,
dinas olahraga, guru dan pelatih/istruktur. Hasil FGD menjadi dasar perbaikan dari
model, sehingga diperoleh model final sebagaimana dalam gambar berikut:
|
Gambar 6.
Model final yang dikembangkan.
Pada model ini, ditambahkan
satu aspek penting yang menjadi bagian dari gerak anak usia dini, yaitu FUN
atau kegembiraan ketika melakukan. Sehingga dalam buku pedoman/ panduan model,
ditambahkan beragam variasi permainan dan gerak.
Kesimpulan
Berdasar pada hasil penelitian, maka dapat diambil
suatu kesimpulan yaitu, menghasilkan produk akhir berupa model pembinaan
olahraga usia dini. yang terdiri atas 5 pedoman. Adapun pedoman adalah; (1)
pedoman orang tua, (2) pedoman untuk seolah dan guru, (3) pedoman untuk
psikolog, (4) pedoman untuk pelatih, (5) pedoman untuk medis. Pada
akhir tahap penelitian dapat ditarik pula kesimpulan bahwa model pembinaan
olahraga usia dini dapat dikembangkan di Indonesia.
Daftar
Pustaka
[1] Borg, Walter. R dan Gall Meredith, 1983. Educational
Research: an Introduction. New York: Longman.
[2] Canadian Sport Centres, 2007. Long Term
Athlete Development: Canadian Sport for life. Ottawa: Canadian sport
centres.
[3] Cratty,
Bryant J. 1970. Movement Activities, Motor Ability and the Education.
NJ: Prentice-Hall
[4] Fine. Aubrey H. dan Michael L. Sachs. The
Total Sports Experience for Kids: A parent’s Guide for Success